Daftar 10 Mata Uang Terlemah di Dunia Tahun 2024, Rupiah Masuk?
- Forbes merilis daftar mata uang terendah di dunia, yang perhitungannya didasarkan pada mata uang yang paling umum digunakan untuk transaksi, yaitu Dolar Amerika Serikat.
Ekonomi & Pariwisata
JAKARTA – Nilai mata uang di setiap negara ternyata berbeda-beda. Beberapa negara memiliki nilai konversi mata uang yang tinggi, namun negara yang lain memiliki nilai yang rendah.
Forbes baru saja merilis daftar mata uang terendah di dunia, yang didasarkan pada mata uang yang paling umum digunakan untuk transaksi, yaitu Dolar Amerika Serikat.
Berikut daftar mata uang terendah du dunia 2024 menurut data Forbes. Yuk, simak!
- Bobby, Kucing Kesayangan Prabowo yang Kini Ikut Jadi Penghuni Istana
- Waduh, 5 Menteri Prabowo Ini Sarat Kontroversi Mulai dari Rasisme hingga Terjerat Suap
- Tim PORA Pastikan PT BJA Group Patuh Aturan Perizinan dan Ekspor
Mata Uang Terlemah di Dunia Tahun 2024
Dilansir dari Forbes per Agustus 2024, berikut mata uang terlemah di dunia:
1. Rial Iran (IRR)
Rial Iran adalah mata uang termurah di dunia. Berbagai faktor dapat menjelaskan jatuhnya nilai mata uang tersebut. Pertama, berakhirnya Revolusi Islam pada tahun 1979 diikuti oleh penarikan investor asing dari negara tersebut. Program nuklir dan perang Iran-Irak juga memainkan peran besar, yang menyebabkan kesulitan keuangan, sanksi ekonomi internasional, inflasi yang tinggi, dan kerusuhan politik lainnya di Iran.
Pada tahun 2024, nilai tukar 1 Rial Iran (IRR) hanya 0,000024 Dolar Amerika Serikat (US$), yang menyebabkan Rial Iran tetap berada di tingkat terendah.
2. Dong Vietnam (VND)
Meskipun ekonomi Vietnam menunjukkan pertumbuhan yang stabil, nilai tukar Dong masih rendah jika dibandingkan dengan mata uang internasional utama seperti US$ atau Euro. Pada tahun 2024, 1 Dong Vietnam (VND) setara dengan 0,000040 Dolar Amerika Serikat. Hal ini sebagian disebabkan oleh kebijakan moneter yang bertujuan untuk mempertahankan nilai mata uang rendah guna mendorong ekspor.
Negara ini telah lama menganut sistem ekonomi terpusat. Meskipun pemerintah mulai membentuk ekonomi pasar, jalan yang harus ditempuh masih panjang. Saat ini, mata uangnya sangat terdevaluasi, tetapi peluang peningkatan mata uang cukup tinggi mengingat adanya perbaikan dalam perekonomian.
3. Leone Sierra Leone (SLL)
Leone Sierra Leone adalah mata uang Afrika yang sangat dipengaruhi oleh kemiskinan. Afrika memiliki sejarah skandal dan korupsi. Negara ini juga mengalami konflik dan perang saudara yang mengerikan di negara-negara Afrika Barat.
Semua ini menyebabkan jatuhnya ekonomi dan nilai mata uang negara tersebut. Selain itu, wabah Ebola merupakan faktor tambahan yang terus-menerus mempengaruhi populasi negara ini dan semakin menguras bantuan keuangan. Nilai 1 Leone Sierra Leone (SLL) setara dengan 0,000044 Dolar Amerika Serikat.
4. Kip Laos (LAK)
Kip Laos bukanlah mata uang yang mengalami penurunan nilai, tetapi memang memiliki nilai tukar rendah sejak diperkenalkan pada tahun 1952. Selama bertahun-tahun, nilai mata uang ini telah mengalami peningkatan.
Selain itu, rencana pembangunan jalur kereta api yang menghubungkan Beijing ke Laos diperkirakan akan menarik investor ke negara kecil ini. Meskipun Kip merupakan salah satu mata uang termurah, mata uang ini memiliki potensi untuk terus meningkatkan nilainya.
5. Rupiah Indonesia (IDR)
Meskipun stabil, Rupiah Indonesia masih termasuk dalam kategori mata uang dengan nilai tukar rendah terhadap Dolar Amerika Serikat. Pada 2024, 1 Rupiah Indonesia (IDR) setara dengan 0,000064 Dolar Amerika Serikat. Namun, rendahnya nilai Rupiah lebih disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang bertujuan menjaga daya saing ekspor, bukan karena adanya faktor ketidakstabilan ekonomi yang parah.
6. Som Uzbekistan (UZS)
Pemerintah Uzbekistan telah melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki perekonomian negara, tetapi tidak satu pun yang terbukti berhasil. Langkah terbaru adalah tindakan reformasi, sehingga perubahan yang akan dihasilkan oleh langkah-langkah ini terhadap nilai mata uang masih harus diteliti lebih lanjut.
Pandemi Covid-19 berdampak pada perekonomian negara tersebut, meskipun data menunjukkan bahwa Uzbekistan telah melanjutkan operasi internalnya pada kuartal ketiga tahun 2022. Akan tetapi, penurunan produksi industri telah meningkatkan ketidakpastian mata uang di masa mendatang.
Tahun 2024, nilai tukar 1 Som Uzbekistan setara dengan 0,000078 Dolar Amerika Serikat, sehingga menjadikannya salah satu mata uang terendah di dunia.
7. Franc Guinea (GNF)
Guinea menghadapi korupsi dan ketidakstabilan politik, yang mengakibatkan mata uangnya melemah. Nilai mata uang negara ini telah mengalami penurunan seiring berjalannya waktu.
8. Guarani Paraguay (PYG)
Ekonomi Paraguay sedang mengalami penurunan yang parah akibat inflasi yang tinggi, tingkat pengangguran yang meningkat, peningkatan kemiskinan, dan korupsi. Faktor-faktor ini berdampak negatif terhadap nilai mata uang negara tersebut.
9. Riel Kamboja (KHR)
Pariwisata dan pertanian merupakan sumber pendapatan terbesar bagi Kamboja. Negara ini memiliki sistem mata uang ganda, di mana Dolar AS juga berlaku sebagai alat pembayaran yang sah. Dolar menjadi mata uang yang umum digunakan di daerah perkotaan dan tempat-tempat wisata, sehingga riel Kamboja sering digunakan di daerah terpencil.
Untuk menghentikan hal ini, Bank Nasional Kamboja menyatakan pada tahun 2020 bahwa mereka akan mengurangi peredaran uang kertas satu, dua, dan lima dolar dalam upaya untuk mengurangi ketergantungan pada dolar, tetapi terutama untuk meningkatkan permintaan terhadap riel, yang telah mengalami depresiasi.
- Trik Membangun Kekayaan di Samping Kerja Kantoran ala Robert Kiyosaki
- 7 Ciri-ciri Akun Palsu di Instagram yang Harus Anda Waspadai!
- 5 Rekomendasi Novel Karya Han Kang, Penulis Asal Korea Selatan yang Berhasil Meraih Nobel Sastra 2024
10. Shilling Uganda (USH)
Uganda menghadapi beberapa kemunduran di bawah pemerintahan Idi Amin. Kebijakan presiden, termasuk kebijakan imigrasi, telah berdampak negatif pada ekonomi negara, yang masih memengaruhi perkembangan Uganda hingga saat ini. Namun, beberapa tahun terakhir menunjukkan adanya perbaikan dalam nilai mata uang, meskipun devaluasi tidak lebih dari 5%.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 20 Oct 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 21 Okt 2024